RUANG LINGKUP AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Akuntansi
Keperilakuan (Behavioral Accounting) merupakan bagian dari disipilin akuntansi
yang mempelajari tentang hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi,
serta dimensi sosial dari organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi
tersebut berada. Jadi, terdapat tiga pilar utama Akuntansi Keperilakuan yaitu:
perilaku manusia, akuntansi, dan organisasi. Untuk itulah maka sering dikatakan
pula bahwa Akuntansi Keperilakuan merupakan bidang studi yang mempelajari aspek
manusia dari akuntansi (human factors of accounting). Dalam perkembangan
selanjutnya bahkan diperluas lagi sampai bagaimana akuntasi dan masyarakat
saling mempengaruhi, sehingga aspek sosial dari Akuntansi (social aspect of
accounting) juga sering dimasukkan sebagai bagian dari Akuntansi Keperilakuan.
Ruang
Lingkup
Apa saja
yang dipelajari di Akuntansi Keperilakuan? Akuntansi Keperilakuan mempelajari
hal-hal sebagai berikut:
- Reaksi manusia terhadap format dan isi dari
pelaporan keuangan.
- Bagaimana informasi diproses untuk keperluan
pengambilan keputusan
- Pengembangan teknik-teknik pelaporan untuk
mengkomunikasikan data kepada penggunanya.
- Pengembangan strategi untuk memotivasi dan
mempengaruhi perilaku, inspirasi, dan tujuan orang-orang yang menjalankan
organisasi.
- Dan hal-hal lain yang mengaitkan akuntansi,
manusia, organisasi, dan masyarakat.
Hal-hal yang
dipelajari dalam Akuntansi Keperilakuan tersebut apabila diringkas, pada
dasarnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Pengaruh perilaku manusia didalam perancangan,
penyusunan dan penggunaan sistem akuntansi
- Pengaruh sistem akuntansi pada perilaku manusia
- Metoda-metoda untuk memprediksi dan
strategi-strategi untuk mengubah perilaku manusia.
Perkembangan Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi
Keperilakuan mulai berkembang sejak Profesor Schuyler Dean Hollet dan Profesor
Chris Argyris melakukan suatu penelitian di tahun 1951 tentang “Pengaruh
Anggaran pada Orang” (The Impact of Budget on People). Penelitian tersebut
disponsori oleh Controllership Foundation of America. Sejak penelitian
tersebut, topik-topik penelitian yang mengkaitkan akuntansi dan manusia
berkembang pesat.
Antara tahun
1960 sampai tahun 1980an jumlah artikel berkaitan dengan akuntansi keperilakuan
yang dipublikasikan di jurnal-jurnal akuntansi berkembang pesat. Jurnal yang
terkenal yang memfokuskan pada akuntansi keperilakuan adalah “Accounting,
Organization, and Society” yang muncul sejak tahun 1976, dan juga jurnal yang
diterbitkan oleh American Accounting Association (AAA) yang bernama “Behavioral
Research in Accounting”.
Akuntansi Perilaku
Aspek budaya dalam akuntansi
disebut juga behavioral accounting.
Berbagai budaya yang dapat mempengaruhi peran atau hasil dari interaksi antara
informasi akuntansi dengan prilaku konsumennya atau penyajinya. Dengan
perkataan lain, berkaitan dengan hubungan antara perilaku manusia dan sistem
akuntansi baik dalam bidang akuntansi
keuangan, auditing maupun akuntansi manajemen. Bahkan ini dianggap sebagai
bidang (cabang) akuntansi yang khusus (Siegel, Ramanauskas Marconi, 1989).
Bidang akuntansi ini mulai berkembang pada tahun 1950-an. Pada tahun 1991 the
Controlllership Foundation of America mensponsori penelitian untuk mengetahui
pengaruh budget terhadap manusia.
Riset ini dilakukan oleh Cornell University dengan di pimpin oleh Chris Argyris. Penelitian ini telah
memberikan beberapa rekomendasi tentang beberapa perilaku yang muncul dalam
penerapan budget .Hasil riset ini
muncul di Harvard Business Review yang ditulis oleh Argyris dengan judul Human Problems with Budgets. Sejak itu
maka banyak ahli menjadi pemerhati dan menjadi penelit akuntansi perilaku ini
seperti Mayo, Maslow, Mc Gregor, Likert. Output informasi itu menyangkut
manusia baik yang menyajikannya maupun yang mneggunakannya. Maka diakui bahwa
data akuntansi itu dapat mempengaruhi perilaku manusia yang memiliki latar
belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin dapat di pisahkan
dari data informasi akuntansi itu sendiri dengan pemakai atau penyajinya. Era
Globalisasi menimbulkan borderless
country sehingga tidak ada lagi hal-hal yang membatasi suatu negara engan
negara lain dalam melakukan kegiatan bisnis maupun dalam hal pertukaran
kebudayaansi maupun. Output akuntansi pun tidak beredar disuatu negara dengan
budaya yang sama, tetapi meluas smpai ke beberapa negara dengan budaya yang
bebeda.
Dalam akuntansi perilaku ini menjadi
sorotan adalah dampak dari informasi akuntansi terhadap perilaku orang yang
membaca atau menyiapkannya. Juga melihat bagaimana reaksi manusia terhadap
informasi akuntansi yang diberikan. Dampak perilaku dari sistem pengawasan,
dampak sistem budget terhadap perilaku, dampaksistem responsibility accounting
terhadap perilaku, dampak sistem disentralisasi ataupun sentralisasi.
Pengambilan keputusan terhadap perilaku, dimensi perilaku dalam sistem
pengawasan internal, beberapa pola perilaku auditor, aspek perilaku dalam
pengmbilan keputusan, faktor perilaku dalam capital budgeting, aspek perilaku
dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi dalam sumber daya
manusia dan sebagainya. Menurut Siegel, Ramanauskbas, dan Marconi (1998) ada
tiga bagian:
a.
Pengaruh perilaku
manusia terhadap desain, konstruksi, dan
penggunaan sistem akuntansi. Akuntansi perilaku membahas sikap dan filosofi
manajemen yang dpat mempengaruhi sifat pengawasan akuntansi dan fungsi
organisasi.Misalnya apakah manajemen yang bersifat risk averse. Pengawasan yang ketat dan yang longgar dapt
mempengaruhi desain sistem pengawasan.
b.
Pengaruh sistem akuntansi
terhadap perilaku manusia. Bagaman sistem akuntansi mempengaruhi motivasi,
produktivitas, pengambiln keputusan, kepuasan kerja, dan kerja sama. Misalnya
bagaiman bujet yang dapat menciptakan produktivitas atau motivasi, bujet yang
ketat atau longgar.
c. Metode meramalkan dan strategi untuk mengbah
perilku manusia. Bagaiman sistem akuntansi dapat digunakan untuk mempengaruhi
perilaku manusia misalnya memperketat atau memperlonggar sistem pengawasan,
memberikn pola kompensasi yang dapat mempengaruhi perilaku misalnya dengan ESOP
(Employee Stock Ownership Program),
sistem pelaporan prestasi, sistem pemberian reward
and penalties terhadap prestasi.
Penelitian Hofstede
yang dapat membedakan suatu budaya dengan budaya lain. Yaitu sebaga berikut:
a.
Individualism/Collectivism,
ada budaya yang tinggi perasaan individualsmenya ada yang justru kebersamaan
yang tinggi.
b.
Power
Distance, ada bangsa yang egaliter yang tidak
memiliki kelas sama sekali, namun ada bangsa yang memiliki jarak antara satu
individu dengan individu lainya.
c.
Uncertainty
Avoidance, ada bangsa yang sangat menghindari ketidakpastian dan masyarakat yang selalu
bersikap tidak menghindari ketidakpastian justru menantangnya.
d.
Maculinity/Feminity,
ada masyarakat yang menggap gender
memiliki peran dalam kehidupan sehari-hari. Ada masyarakat yang didomonasi
sifat-sifat maskulin ada yang didominasi sifat feminin.
Perbedaan ini diperhatikan sebagai
determinan yang mungkin mempengaruhi output
maupun input akuntansi.
Mempelajari,
memahami determinan yang merupakan perbedaan antara suatu budaya dengan budaya
lain saat ini merupakan bagian dari riset akunatsi.
Dalam
bisnis global tentu cross culture ini tidak dapat dihindarkan. Perusahaan yang
ingin memasuki pasar bangsa atau negara lain mau tidak mau harus mengikuti
kultur bangsa itu kalau dia ingin memberhasilkan perusahaannya di negara itu.
Perusahaan
Ford pernah gagal hanyankarna memproduksikan jenis mobil sedan dengan nama
“NOVA” disuatu negara di Afrika. Ternyata mobil ini tidak laku sama sekali.
Setelah di selidiki penyebabnya, ternyata istilah NOVA menurut bahasa setempat
artinya tidak jalan. Oleh karena itu, mobil Ford NOVA identik dengan mobil
mogok yang tidak bisa jalan. Akhirnya karena mereka mengabaikan aspek croos culture, perusahaan mengalami
kerugian yang sangat besar.
Dalam
kaitanya dengan bisnis dan juga akunatansi maka pengetahuan dan daerah adalah
penting untuk keberhasilan ilmu akuntansi secara umum baik dalam menyajikan informasi kepada masyarakat maupun
dalam bidang lain-lain.
Beberapa
topik yang menjadi penelitian bidang adalah sebagai berikut:
a.
Bagaiman sikap
manajemen disuatu negra tertentu jika
diterapkan sistem budget
(accounting) connstraint secara ketat dalam penilaian prestasi.
b.
Bagiman sikap auditee sewaktu dilakukan pemeriksaan?
c.
Bagaiman bentuk dan kecukupan disloser disuatu
negara dengan budaya tertentu?
d.
Apa sikap pembaca
laporan keuangan disuatu budaya jika disajikan
laporan keuangan tetentu.
Akuntansi
bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sesuai dengan
pekembangan lingkungan akuntansi serta kebutuhan organisasi akan informasi yang
dibutuhkan oleh penggunanya (Khomsiah dalam Arfan & Ishak, 2005).
Berdasarkan pemikiran tersebut, manusia dan faktor sosial secara jelas didesain
dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Dan para
akuntan belum pernah mengoperasikan akuntansi pada sesuatu yang fakum. Para
akuntan secara berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana mereka
membuat orang termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan
informasi akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan
kenyataan manusiadan mempengaruhi organisasi.Penjelasan di atas menunjukan
adanya aspek keperilakuan pada akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun
informasi) maupundari pihak pemakai informasi akuntansi. Pihak pelaksana
(penyusun informasiakuntansi) adalah seseorang atau kumpulan orang yang
mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan
keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan penting
dalam menopang kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya
dapat memberikan manfaat bagikemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan
kinerja melalui motivasi kerja dalamwujud penetapan standar-standar kerja.
Standar-standar kerja tersebut dapatdihasilkan dari sistem akuntansi.Dapat
diperkirakan apa yang akan terjadi ketikapelaksana sistem informasi akuntansi
tidak memahami dan memiliki kerja yangdiharapkan. Bukan saja laporan yang
dihasilkan tidak handal dalam pengambilankeputusan, tetapi juga sangat
berpotensi untuk menjadi bias dalam memberikanevaluasi kinerja unit maupun
individu dalam organisasi. Untuk itu motivasi danperilaku dari pelaksana
menjadi aspek penting dari suatu sistem informasiakuntansi.Di sisi lain, pihak
pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi duakelompok, yaitu: pihak intern
(manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah,investor/calon investor,
kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi
akuntansi akan digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja.Sedangkan bagi
pihak ekstern, akan digunakan untuk penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan bisnis. Di samping itu pihak ekstern,juga perlu
mendiskusikan berbagai hal terkait dengan informasi yang disediakansebab mereka
mempunyai suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi tindakan pengambilan
keputusan bisnisnya. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi
mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkanaspek
keperilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan
pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi, terdapat suatu
kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih
subtansial. Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik
sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih
bisaditerima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi
mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan
akuntansi dapatmuncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan
perilaku dan sosialtidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal.
Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang
mendalammengenai pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.
Persyaratan
Pelaporan Yang Mempengaruhi Perilaku Akuntansi Pertanggung jawaban?Perkembangan
organisasi bisnis saat ini penuh dengan persyaratkan untuk melaporkaninformasi
kepada pihak lain tentang siapa atau apa, bagaimana menjalankan organisasi, dan
untuk siapa harus bertanggungjawab. Hal ini pada umumnya disebut sebagai
”persyaratan” pelaporan, meskipun beberapa diantaranya mungkin tidak
dapatdipaksakan. Intisari dari proses akuntansi adalah komunikasi atasinformasi
yang memiliki implikasi keuangan atau manajemen. Karena pengumpulan
ataupelaporan informasi mengkonsumsi sumber daya, biasanya hal tersebut tidak
dilakukan secara suka rela kecuali pembuat pelaporan kemungkinan besar akan
mempengaruhi perilaku pembuat ketika informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi
mengenai perilaku pembuat itu sendiri, atau untuk mana informasi yakin bahwa
hal ini akan mempengaruhi penerima untuk berperilaku sebagaimana yang
diinginkan oleh pelapor/pembuat. Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi
perilaku dalam beberapacara, diantaranya adalah: Antisipasi penggunaan
informasi. Persyaratan pembuat tersebut akan bertanggung jawab. Semakin
informasi yang dilaporkan mencerminkan sesuatu yangdapat dikendalikan oleh
pembuat, maka akan semakin besar kemungkinan bahwa perilku pembuat akan dimodifikasi. Pembuat dapat
merasa cukup pasti bahwa perubahan dalam perilaku akan mengarah pada perubahan
yang diinginkan dalam informasi yang dilaporkan. Prediksi pengirim mengenai
penggunaan informasi. Kadang kala penerima menyatakan secara jelas bagaimana
mereka menginginkan pembuat laporan berperilaku, meskipun sulit untuk dicapai
secara simultan seperti: laba jangka pendek yang tinggi, pertumbuhan jangka
panjang, atau citra publik yang baik. Apabila pembuat laporan bertanggung jawab
kepada penerima maka ia akan berperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan
mengenai apa yang harus dilaporkan, mengenai tindakan dan hasil yang manakah
yang penting bagi penerima. Namun ketika orang tidak merasa pastimengenai
bagaimana informasi tersebut akan digunakan, maka pembuat laporan memiliki
pekerjaan sulit untuk memprediksi kapan dan bagaimana informasi tersebutakan
digunakan. Kemungkinan besar akan mendasarkan pada prediksi sesuai dalam
situasi yang serupa dalam pengalamannya atau bagaimana mereka akan menggunkannya
jika berada pada penerima informasi tersebut. Insentif/sanksi. Kekuatan dan
sifat dari penerima terhadap pembut laporan adalah penentu yang penting dalam
mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada untuk memberikan
penghargaan atau sanksi semakin hati-hati pembuat laporan akan bertindak dan
memastikan bahwa informasi yang dilaporkan dapat diterima. Misalnya saja,
mahasiswa kemungkinan besar akan mengerjakan tugasnya ketika tugas tersebut
dikumpulkan dan diberi nilai dibandingka jika tidak, meskipun manfaat
pembelajaran dalam kedua kasus tersebut
adalah sama.Penentuan waktu. Waktu adalah faktor penting dalam menentukan
apakah persyaratan pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam perilaku pembuat
laporan atau tidak.Supaya persyaratan pelaporan dapat menyebabkan perubahan
perilakunya, ia harus mengetahui persyaratan tersebut sebelum ia bertindak.
Sehingga jika persyaratan pelaporan yang sebelumya dikenakan setelah perilaku
yang dilaporkan, maka akandapat diketahui pada pembuatan laporan berikutnya.
Pengarahan perhatian. Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pembuat
mengubah perilakunya. Hal itu kemungkinan informasi memiliki suatu cara
untukmengarahkan perhatian pada bidang-bidang yang berkaitan dengannya, yang
dapat mengarah pada perubahan perilaku.
Dampak
Persyaratan Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban? Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi
perilaku disemua bidang akuntansi:keuangan, perpajakan, akuntansi manajerial
dan akuntansi sosial. Secara terperinci dampak tersebut dapat dijelaskan di
bawah ini. Akuntansi keuangan. Terdapat beberapa prinsip akuntansi yag
diterapkan setelah diperdebatkan terlebih dahulu mengenai dampak mengenai yang
ditimbulkannya.Beberapa hal yang kontraversial dari pernyataan standar
akuntansi tersebut merupakan contoh mengenai bagaimana prinsip akuntansi
mempengaruhi perilaku.
Contoh-contoh
tersebut meliputi: ”Bagaimana perlakuan atas kerugian akibat melemahnya mata
uang rupiah terhadap dolar?” dan ”bagaimana perlakuan atas kelebihan nilai
pembayaran kontrak utang dalam mata uang asing?”. Setelah mengalami proses
perdebatan dari berbagai kelompok (pemerintah, praktisi bisnis,akademisi)
melahirkan ISAK (Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan) No. 4 yang
menginterpretasikan PSAK (Peryataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 10
mengenaitransaksi dalam mata uang asing. Dalam interpretasi tersebut dinyatakan
bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh
tigkat inflasi yang luar biasa (di atas 133%) dan melibatkan transaksi operasi
dalam mata uang dolar dapat dikapitalisasi oleh organisasi/perusahaan. Prinsip
akuntansi yang kontraversial lainnya termasuk perlakuan atas biaya penelitian
dan pengembangan, serta persyaratan pelaporan akuntansi atas inflasi yang
mengharuskan dibuatnya penyesuaian dalam laporan keuangan. Demikian pula halnya
dengan akuntansi untuk minyak dan gas bumi. Akuntansi perpajakan. Umumnya
persyaratan pelaporan akuntansi perpajakan dipandang rumit dan sulit bagi
banyak pembayar pajak. Beberapa persyaratan telah dikenakan tidak hanya kepada
pembayar pajak, tetapi juga pada pihak lain seperti karyawan dengan maksud
untuk membuat hukum pajak lebih dipatuhi. Suatu keharusan catatan yang rinci
atas pengurangan beban bisnis merupakan contoh yang paling baru dan
kontraversial mengenai dampak perilaku dari persyaratan pelaporan pajak. Yang
dalam faktanya, catatan rinci tersebut tidak perlu dilaporkan tetapi pembayar
pajak dan penyusun pajak diharuskan untuk melaporkan bahwa catatan itu disimpan
dan tersedia untuk diperiksa. Akuntansi manajerial. Manajemen dapat
memberlakukan persyaratan pelaporan internal apapun yang diinginkannya kepada
bawahan. Pos-pos yang dilaporkan dapat bersifat keuangan, operasional, sosial
atau suatu kombinasi. Tetapi hanya terdapat sedikit data akuntansi manajemen
yang tersedia bagi publik karena data tersebut jarang dilaporkan diluar
organisasi. Disamping itu sangat sulit untuk digeneralisasi karena setiap
organsasi memiliki sistem akuntansi manajemen yang berbeda-beda. Akuntansi
sosial. Masih terdapat relatif sedikit mengenai dampak dari akuntansi sosial
bagi publik karena akuntansi sosial adalah bidang perhatian yang masih relatif
baru. Salah satu bidang pembahasan dari akuntansi sosial adalah delima
penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk.
Contoh Kasus
Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi
1. Manipulasi Laporan
Keuangan PT KAI
Transparansi
serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah satu derivasi
amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu badan
usaha milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan kinerja
keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa
keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati,
sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar.
Kerugian
ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih
pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga
dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan,
ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan
demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah
terjadi di sini.
Di
lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan
tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang
yang tidak tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak
ketiga yang tidak tertagih itu bukan pendapatan. Sehingga, sebagai
konsekuensinya PT Kereta Api Indonesia seharusnya mengakui menderita kerugian
sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya, ada pula pihak lain yang berpendapat bahwa
piutang yang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta
Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada
tahun tersebut. Diduga, manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia
telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan
terjadi disini.
Komentar : PT
Kereta Api Indonesia tidak boleh mengabaikan dimensi organisasional penyusunan
laporan keuangan dan proses audit. Setiap bagian lembaga yang ada di dalamnya
hendaknya diberi pemahaman masalah esensial akuntansi dan keuangan yang ada
agar tidak terjadi kesalahan dalam menangani akuntansi serta keuangan secara
khusus. Upaya ini penting untuk dilakukan guna membangun kesepahaman
(understanding) diantara seluruh unsur lembaga. Selanjutnya, soliditas
kelembagaan diharapkan tercipta sehingga mempermudah penerapan sistem pengendalian
manajemen di dalamnya.
2. Kasus KAP Anderson dan Enron
Kasus KAP Anderson dan
Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada
tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang
tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan
berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP
Anderson mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi
laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana
sebelumnya Enron menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan
tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393, padahal pada periode
tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.
Komentar :
Kecurangan yang dilakukan oleh Arthur Andersen telah banyak melanggar prinsip
etika profesi akuntan diantaranya yaitu melanggar prinsip integritas dan
perilaku profesional. KAP Arthur Andersen tidak dapat memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik sebagai KAP yang masuk kategoti The Big Five
dan tidak berperilaku profesional serta konsisten dengan reputasi profesi dalam
mengaudit laporan keuangan dengan melakukan penyamaran data. Selain itu Arthur
Andesen juga melanggar prinsip standar teknis karena tidak melaksanakan jasa
profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang
relevan.
3. Kasus Mulyana W Kusuma.
Kasus ini
terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU diduga
menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan
dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu
kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah
dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan.
Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut
lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu,
maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya. Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum
selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar
penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan
penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam
penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerja sama dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK
memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat
perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.
Penangkapan
ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang
bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak
lain berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut
karena hal tersebut telah melanggar kode etik akuntan.
Komentar
: Hal yang dilakukan oleh Khairiansyah tidak dibenarkan karena melanggar
kode etik akuntan. Seorang auditor telah melanggar prinsip objektivitas karena
telah memihak kepada salah satu pihak dengan berpendapat adanya kecurangan.
Lalu auditor juga melanggar prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional
karena auditor tidak mampu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesional dalam melakukan audit keuangan terkait dengan pengadaan logistic
pemilu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan bahwa akuntansi dibangun dengan
menggunakan konsep, prinsip dan pendekatan dari disiplin ilmu lain untuk
meningkatkan kegunaannya. Sehingga akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek
perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi. Disamping
itu kesempurnaan teknis dari jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang
didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan
bergantung pada bagaimana prilaku orang-orang didalam organisasi, baik sebagai
pelaksana (penyusun informasi) maupun sebagai pemakai informasi. Persyaratan
pelaporan akuntansi akan mempengaruhi perilaku dari berbagai fakor, baik karena
adanya antisipasi penggunaan informasi, prediksi penggunaan informasi, insentif/sanksi,
penentuan waktu maupun pengarahan perhatian dari pihak yang akan menggunakan
informasi tersebut (penerima). Dampak keperilakuan dalam akuntansi terjadi pada
berbagai bidang yaitu pada: akuntansi keuangan, akuntansi perpajakan, akuntansi
manajerial dan akuntansi sosial. Salah satu bidang pembahasan dari akuntansi
sosial adalah delima penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk.. Demi
menyempurnakan teknis dari jasa akuntansi hendaknya dilakukan penellitain dan
pengembangan lebih lanjut tentang teori,konsep,dampak serta aplikasi akuntansi
keprilakuan sehingga sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
R.W.Ackerman,1973. “How Companies Respond to Social Demands,
“Harvard Business Review (Juli-Agustus).
D.F. Hawkins, 1969. “Behavioral Implications of Generally
Accepted Accounting Principles”, California
Management Review, 12, No. 2 (Musim Dingin): hal 12-21.
V.F.Ridgway, 1956. “Disfunctional Consequences of Perfomance
Measurements”, Administrative Science Quartery 1, No.2 (September): hal.
240-47.
Siegel, Gary, dan Marcony H.R, 1989. “Behavioral Accounting,
South-Western Publishing co, Cincinnatim Ohio.
Harahaf, sofyan safri.
http://qionkslife.blogspot.com/2011/09/tugas-makalah-mata-kuliah-akuntansi.html
0 komentar:
Post a Comment