Pengertian
Audit Produksi dan Operasi
Audit produksi dan operasi melakukan penilaian
secara komprehensif terhadap keseluruhan fungsi audit produksi dan operasi
untuk menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis,
efektif dan efisien). Audit ini dilakukan tidak hanya terbatas pada unit
produksi tetapi juga berlaku untuk keseluruhan proses produksi dan operasi.
Audit ini juga berperan melengkapi fungsi pengendalian kualitas.
Beberapa alasan yang mendasari perlu dilakukannya
audit ini antara lain :
· 1 Proses produksi dan operasi harus
berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
· 2 Kekurangan/kelemahan yang terjadi harus
ditemukan sehingga segera dapat diperbaiki.
· 3 Konsistensi berjalannya proses harus
diungkapkan.
· 4 Pendekatan proaktif harus menjadi dasar
dalam peningkatan proses.
·
Berjalannya tindakan korektif harus
mendapat dorongan dan dukungan dari berbagai pihak yang terkait.
Prinsip-Prinsip umum
1. Tujuan
utama audit adalah untuk menentukan apakah proses produksi dan operasi yang
berjalan saat ini sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk
memastikan bahwa produk yang dihasilkan konsisten dengan standar kualitas yang
telah ditetapkan serta mengidentifikasi wilayah (bagian) yang masih memerlukan
perbaikan.
2. Auditor
harus secara objektif dan sistematis mengumpulkan dan menganalisis data yang
cukup dan relevan sebagai dasar penilaian terhadap ketaatan perusahaan dalam
menerapkan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Auditor
harus mengklarifikasi ketidaksesuaian yang terjadi antara aktivitas produksi
dan operasi denan kebutuhan kriteria (standar) yang telah ditetapkan dan
membuat rekomendasi untuk peningkatan.
Tujuan Audit
1. Apakah
produk yang dihasilkan telah mencerminkan kebutuhan pelanggan (pasar).
2. Apakah
strategi serta rencana produksi dan operasi sudah sevara cermat menghubungkan
santara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan dengan ketersediaan sumber daya
serta fasilitas yang dimiliki perusahaan.
3. Apakah
strategi, rencana produksi dan operasi telah mempertimbangkan
kelemahan-kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta peluang yang
dimiliki perusahaan.
4. Apakah
proses transformasi telah berjalan secara efektif dan efisien.
5. Apakah
penempatan fasilias produksi dan operasi telah mendukung berjalannya proses
secara ekonomis, efektif, dan efisien.
6. Apakah
pemeliharaan dan perbaikan fasilitas priduksi dan operasi telah berjalan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam mendukung dihasilkannya produk yang
sesuai dengan kualitas, kuantitas dan waktu yang telah ditetapkan.
7. Apakah
setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi telah melaksanakan
aktivitasnya sesuai dengan ketentuan serta aturan yang telah ditetapkan
perusahaan.
Manfaat Audit
1. Dapat
memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang ketaatan dan
kemampuan fungsi produksi dan operasi dalam menerapkan kebijakan serta strategi
yang telah ditetapkan.
2. Dapat
memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksi dan operasi
yang telah dilakukan perusahaan serta hambata-hambatan yang dihadapi.
3. Dapat
menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapai tujuan produksi
dan operasi serta tujuan perusahaan secara keseluruhan.
4. Dapat
menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi serta kebutuhan
perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini terhadap pencapaian
tujuan perusahaan.
TAHAP-TAHAP AUDIT
1. Audit
pendahuluan
2. Review
dan pengujian terhadap pengendalian manajemen.
3. Audita
lanjutan (terinci).
4. Pelaporan.
5. Tindak
lanjut
1.Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan
diawali dengan perkenalan antara pihak auditor dengan organisasi auditee.
Pertemuan ini bertujuan untuk mengonfirmasi scope audit, mendiskusikan rencara
audit dan penggalian informasi umum tentang organisasi auditee, objek yang
diaudit, mengenal lebih lanjut kondisi perusahaan dan prosedur yang diterapkan
pada prises produksi dan operasi.
Pada
tahap ini auditor melakukan overview terhadap perusahaan secara umum, produk
yang dihasilkan, proses produksi dan operasi yang dihasilkan, melakukan
peninjauan terhadap produksi, layout pabrik, sistem computer yang digunakan
dalam upaya menunjang keberhasilan fungsi ini dalam mencapai tujuan. Setelah
melakukan tahap ini auditor dapat memperkirakan kelemahan-kelemahan yang
mungkin terjadi pada fungsi produksi dan operasi perusahaan auditee.
2.Review dan pengujian pengendalian manajemen
Auditor
melakukan review dan pengujian terhadap bebrapa perubahan yang tejadi pada
struktir perusahaan, sistem manajemen kulatias, fasilitas yang digunakan
dan/atau personalia kunci dalam perusahaan, sejak hasil audit terakhir. Pada
tahap ini auditor juga mengindentifikasi dan mengklasifikasikan penyimpangan
dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan terhambatnya
pencapaian tujuan audit produksi dan operasi.
Berdasar
review dan pengujian yang dilakukan pada tahap ini auditor mendapatkan keyakinan
tentang dapat diperolehnya data yang cukup dan kompeten serta tidak
terhambatnya akses untuk melakukan pengamatan yang lebih dalam terhadap tujuan
audit sementara yang telah ditetapkan pada tahapan audit sebelumnya.
3.Audit Lanjutan (Terinci)
Auditor
melakukan audit yang lebih dalam dan pengembangan temuan terhadap fasilitas,
prosedur, catatan-catatan yang berkaitan dengan produksi dan operasi.
Konfirmasi kepada pihak perusahaan selama audit dilakukan untuk mendapatkan
penjelasan dari pejabat yang berwenang tentang adanya hal-hal yang merpuakan
kelemahan yang ditemukan auditor.
Untuk
mendapatkan informasi yang lengkap, relevan dan dapata dipercaya, auditor
menggunakan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada berbagai pihak yang
berweang dan berkompeten berkaitan dengan masalah yang diaudit.
4.Pelaporan
Laporan audit disajikan dengan format :
I.
Informasi latar belakang
Menyajikan gambaran umum fungsi
produksi dan operasi dari perusahaan yang diaudit, tujuan dan strategi
pencapaiannya serta ketersediaan sumber daya yang mendukung keberhasilan
implementasi strategi tersebut.
II.
Kesimpulan Audit dan Ringkasan Temuan
Audit
Menyajikan kesimpulan atas hasil
audit yang telah dilakukan auditor dan ringkasan temuan audit sebagai pendukung
kesimpulan yang dibuat.
III.
Rumusan Rekomendasi
Menyajikan rekomendasi yang
diajukan auditor sebagai alternative solusi atas kekurangan yang masih terjadi.
IV.
Ruang Lingkup Audit
Ruang lingkup audit menjelaskan
tetang cakupan (luas) audit yang dilakukan sesuai dengan penugasan yang
diterima dengan pemberi tugas audit
5.Tindak Lanjut
Rekomendasi
yang disajikan auditor dalam laporannya merupakan alternatife perbaikan yang
ditawarkan untuk meningkatkan berbagai kelemahan yang masih terjadi pada
perusahaan. Tindak lajut yang dilakukan merupakan bentuk komitmen manajemen
untuk menjadikan organisasinya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
RUANG LINGKUP AUDIT
1. Rencana
Produksi dan Operasi
Rencana
ini menghubungkan kebutuhan pasar atas produk yanga dipersyaratkan, aktivitas
pengembangan dan rekayasa, kapasitas produksi, rencana persediaan, keuangan,
ketersidaan SDM, bahan baku, dan tingkat imbal hasil investasi yang
dipersyaratkan investor.
Penyusunan
rencana induk harus didasarkan pada ketersediaan kapasitas dan rencana
penggunaannya, peluang dan ancaman yang dihadapi dan usaha-usaha untuk melaukan
perbaikan dan berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Suatu
rencana induk memuat tentang :
1) Jadwal
induk produksi
2) Penilaian
atas penggunaan kapasitas produksi
3) Tingkat
persediaan
4) Perencanaan
keseimbangan lintas produksi
Menjadikan rencana
produksi utama sebagai pedoman operasi dalam menunjang startegi pencapaian
tujuan perusahaan, beberapa pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh manajer
operasi dalam merumuskan rencana produksi tersebut. Pertanyaan-pertanyaan
tesebut meliputi :
·
Apakah persediaan akan digunakan untuk
menyerap perubahan permintaan selama periode permintaan.
·
Apakah
perubahan-perubahan yang terjadi dalam volume produksi dan operasi akan
diakomodasi dengan cara mengubah jumlah tenaga kerja.
·
Apakah perusahaan akan menggunakan
tenaga paruh waktu, atau waktu lembur jika terjadi lonjakan permintaan yang
melebihi kemampuan kapasitas yang tersedia untuk mengerjakannya dan bagaimana
perusahaan mengelola kapasitas menganggur jika terjaadi penurunan permintaan.
·
Apakah perusahaan akan menggunakan
subkontaktor dalam mengantisipasi permintaan yang berfluktuasi, sehingga
kestabilan tingkat SDM dapat dipertahankan.
·
Apakah perusahaan memutuskan untuk
mengubah harga atau faktor-faktor yang lain, untuk memengaruhi permintaan.
2. Jadwal
Induk Produksi
Jadwal produksi utama
membuat spekulasi tentang apa yang akan dibuat dan kapan akan dibuat, sesuai
dengan rencana produksi. Rencana ini mencakup input yang akan diproses seperti
permintaan konsumen, kemampuan teknis, ketersediaan SDM , fluktuasi persediaan,
kinerja pemasok, dan berbagaipertimbangan lainnya. Jadwal produksi ini
mendiskripsikan berapa jumlah produksi yang harus dilakukan untuk setiap
kelompok barang. Kapan produk tersebut harus sudah siap untuk diserahkan kepada
konsumen, sumber daya apa saja yang harus tersedia untuk menghasilkan produk
sesuai dengan rencana operasi perusahaan dalam memenuhi spesifikasi pelanggan.
Jadwal produksi yang
akurat dapat memininumkan biaya persediaan dan penyetelan (set up) mesin karena jadwal ini telah menghubungkan antara
kebutuhan konsumen dengan jadwal pengiriman, penerimaan bahan baku dan
pengelolaan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, jadwal
produksi yang akurat juga dapat meminimumkan kerja lembur (over time), waktu sumber daya yang menganggur (idle time resources) dan penentuan tingkat persediaan yang optimal.
3. Penilaian
atas Penggunaan Kapasitas Produksi
Perusahaan harus
memiliki kebijakan dan strategi yang tepat berkaitan dengan besaran kapasitas
yang harus dimiliki. Perusahaan juga harus memiliki dasar dan metode yang tepat
dalam meramalkan kebutuhan kapasitasnya dimasa depan. Pengelolaan kelebihan dan
penentuan sumber lain jika terjadi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan operasi
harus dituangkan dalam suatu pedoman tertulis sehingga pengambilan keputusan
berkaitan dengan kapasitas tidak bias dengan tujuan produksi dan operasi yang
telah ditetapkan. Pertimbangan kapasitas ini harus mendasari terjadinya praktik
optimalisasi terhadap penggunaan kapasitas produksi.
Jika berdasarkan
rencana penjualan ternyata rencana produksi lebih daripada kemampuan kapasitas
yang dimiliki, memungkinkan perusahaan untuk menerima pesanan produksi dengan
harga dibawah tingkat laba normal untuk memaksimalkan penggunaan kapasitas.
Karena pada kondisi ini biaya tetap untuk kapasitas yang menganggur yang
menjadi dasar perhitungan harga pokok produk ada dalam posisi nihil (Nol). Rencana induk produksi harus
meminimalkan terjadinya kapasitas menggangur, untuk menjadikan operasi berjalan
secara efektif dan efisien.
4.
Tingkat Persediaan
Secara umum persediaan
pada industri manufaktur terdiri atas persediaan bahan baku, barang dalam
proses, barang jadi, dan persediaan perlengkapan (supplies). Kebijakan tentang perseddiaan bahan baku harus
memerhatikan hubungan permintaan atas persediaan tetsebut, apakah termasuk
dalam kelompok permintaan independen atau permintaan dependen. Hal ini penting
sekali karena akan berpengaruh kepada metode permintaan atas persediaan
tersebut dalam mendukung efektivitas dan efisiensi, proses produksi dan
operasi.
5.
Perencanaan Keseimbangan Lintas Produksi
Keseimbangan lintas
produksi atau disebut juga keseimbangan ini produksi (production line balancing) bertuan untuk memperoleh suatu arus
produksi yang lancer guna memperoleh optimalisasi pengguna fasilitas, tenaga
kerja, dan peralatan yang tinggi melalui penyeimbangan waktu kerja antarstasiun
kerja (work station). Elemen-elemen
tugas dalam suatu aktivitas produksi dikelompokkan sedemikian rupa diantara
stasiun kerja, sehingga diperoleh keseimbangan dalam penggunaan sumber daya
produksi. Dengan demikian, tujuan produksi tercapai dengan ekonomis, efektif,
dan efisien.
Pengelompokan penugasan
dalam mencapai keseimbangan lintas produksi dapat dilakukan dengan metode
coba-coba (trial and error). Metode
ini lebih sederhana sehingga mudah untuk diterapkan untuk kasus-kasus dengan
jumlah elemen tugas yang tidak banyak. Metode pengelompokan penugasan yang lain
adalah metode heuristik, yang memberikan hasil lebih akurat pada kasus jumlah
elemen penugasan yang sangat banyak. Metode ini mengelompokan penugasan dalam
mencapai keseimbangan lintas produksi yang optimal dengan prosedur sebagai
berikut:
·
Menetapkan tugas yang dapat dipilih
sebagai tugas awal (tidak ada tugas lain yang mendahuluinya atau tugas yang
mendahuluinya sudah selesai dikerjakan).
·
Menetapkan tugas yang cocok dengan waktu
yang tersedia.
·
Menetapkan penugasan pada suatu stasiun
kerja sampai maksimal.
·
Melanjutkan kestasiun kerja berikutnya
dengan mengulangi prosedur diatas sampai semua penugasan selesai.
Tabel
1
Kriteria
dan Pengukuran Variabel Rencana Induk Produksi dan Opersai
No
|
Variabel
|
Kriteria
|
Pengukuran
|
1.
|
Jumlah Produksi Induk
|
· Tepat
kuantitas
· Tepat mutu
(kuantitas)
· Tepat waktu
|
· rasio hasil
produksi dengan kebutuhan
· standar
kualitas
· jadwal
pelepasan barang kepasar
|
2.
|
Optimalisasi Penggunaan Sumber Daya
|
· kapasitas
penuh
· Maksimum
utilisasi
|
· rasio rencana
produksi dengan kapasitas tersedia
· rasio pengguna
kapasitas dengan kapasitas tersedia
|
3.
|
Tingkat Persediaan
|
· Persediaan
minimum (zero)
|
· Rasio jumlah
persediaan akhir dengan hasil produksi
|
4.
|
Keseimbangan lintas produksi
|
· Tidak ada
kemacetan proses produksi
· Keseimbangan
beban operator dengan mesin produksi
|
· Rencana
operasi dan pemeliharaan mesin produksi
· Raiso operator
dengan mesin produksi
|
PRODUKTIVITAS
DAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH
Keunggulan laen production, didukung oleh kebijakan
dan praktik peroduksi yang secara maksimal mengoptimalkan pengguna sember daya
perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya, kebijakan dan praktik
tersebut meliputi :
1.
Penghapusan persediaan
Produsen dengan laen production memfokuskan produksi dan
operasinya pada penurunan (penghapusan) persediaan. Metode ini menggunakan just In Time dalam menurunkan persediaan
dan pemborosan yang disebabkan oleh persediaan tersebut. Mereka menurunkan
waktu pemborosan dan biaya, dalam meningkatkan efisiensi proses operasinya.
2.
Zeno Defect
Metode produksi ini
membangun suatu sistem produksi dan operasi yang dapat membantu karyawan
memproduksi unit yang sempurna untuk setiap kalinya. Persiapan proses produksi
dilakukan dengan lebih matang untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam
menghasilkan produk sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan.
3.
Meminimalkan kebutuhan tempat (Areal)
Upaya meminimalkan
jarak tempuh unit produk dapat mengurangi kebutuhan tempat (areal) dalam proses
produksi. Penataan fasilitas poduksi yang terintegrasi dengan gudang
penyimpanaan bahan baku dan produk jadi, dapat menghemat kebutuhan tempat tanpa
mengganggu jalannya proses produksi
4. Kemitraan
dengan Pemasok
Melibatkan
pemasok kedalam rencana keberhasilan perusahaan merupakan model yang banyak
dikembangkan dalam praktik produksi modern saat ini. Dengan membangun hubungan
yang erat (kemitraan) dengan pemasok dan menjelaskan rencana dan standar
kebutuhan bahan kapadanya, pemasok menjadi memahami dengan baik kebutuhan
perusahaan. Dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan perusahaan terhadap
pasokan bahan baku baik dalam kualitas, kuantitas, dan waktu pasokan tersebut
dibutuhkan harus sudah tersedia diperusahaan.
5. Meminimalkan
Aktivitas yang tidak Menambah Nilai
Melalui
suatu analisis aktivitas dan komitmen untuk melakukan perbaikan secara
terus-menerus, perusahaan yang menerapkan metode ini, meminimalkan
aktivitas-aktivitas yang tidak berguna (tidak menambah nilai) baik bagi
pelanggan maupun bagi perubahan.
6. Pengembangan
Angkatan kerja
Dengan
secara terus-menerus memperbaiki desain pekerjaan, pelatihan, partisipasi,
komitmen karyawan dan pemberdayaan kelompok-kelompok kerja, metode ini secara
konsisten mengembangkan angkatan kerja.
7. Menciptakan
Tantangan dalam Bekerja
Mengidentifikasi
tujuh sumber pemborosan yang mengakibatkan operasi perusahaan tidak efisien,
meliputi:
·
Produksi yang lebih besar dari kebutuhan
(penumpukan persediaa)
·
Waktu tunggu dan/atau waktu menganggur
·
Penanganan material yang terlalu sering
·
Persediaa (bahan baku dan/atau barang
jadi)
·
Pergerakan peralatan dan operatornya
yang tidak menambah nilai bagi produk.
·
Proses produksi yang tidak penting
(tidak dibutuhkan)
·
Pengolahan kembali produk cacat
PENGENDALIAN PRODUKSI DAN OPERASI
1. Maksimumkan
Tingkat Pelayanan
Pengendalian
harus menjamin bahwa pelayanan telah diberikan secara tepat. Beberapa elemen
yang harus mendapat perhatian khusus adalah: kualitas produk, ketersediaan
produk (jika diinginkan), harga yang kompetitif, penyediaan untuk stock
pengaman dan penyerahan yang tepat waktu. Proses harus memahami bahwa pelanggan
yang harus dilayani dengan tepat bukan saja pelanggan eksternal tetapi yang
telah kalah pentingnya adalah pelanggan internal.
2. Minimumkan
Investasi pada Persediaan
Pengendalian
harus mampu memandu seluruh aktivitas (utama dan pendukung) manufaktur ke dalam
suatu proses yang terintegrasi, sehingga proses berjalan sesuai dengan rencana
dan jadwal yang telah ditentukan. Aktivitas pemesanan dan penerimaan bahan
harus terintegrasi dengan jadwal produksi demikian juga jadwal produksi harus
terintegrasi dengan rencana (jadwal) penyerahan kepada pelanggan. Semua
hubungan ini harus berjalan seperti halnya hubungan pelanggan pemasok, dimana
setiap pemasok harus memuaskan pelanggannya. Pengendalian yang baik akan
mencapai arus produksi yang mulus (smooth
production flow) dengan persediaan yang minimumkan dan waktu tunggu yang
pendek.
3. Efisiensi
produksi dan Operasi
Untuk
memperoleh harga yang kompetitif, pengendalian harus meminimumkan biaya-biaya
yang terjadi dalam produksi dan operasi. Efisiensi produksi dan operasi adalah
sesuatu yang mutlak dan harus menjadi budaya kerja pada setiap bagian yang
terlibat dalam proses produksi dan operasi. Dalam hal ini pengendalian harus
semaksimal mungkin mampu menekan pemborosan (aktivitas tidak bernilai tambah)
yang terjadi. Perhatian khusus harus diberikan terhadap supervise pabrik dan
tenaga kerja tidak langsung, dukungan dan keterlibatan pekerjaan, kesiapan
mesin dan peralatan, fasilitas pendukung yang efektif dan berbagai hal lain
yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung.
Pengendalian
produksi dan operasi meliputi pengendalian terhadap keseluruhan komponen dan
tahapan dalam proses produksi mulai dari penanganan bahan baku sampai dengan
penanganan penyerahan produk jadi ke gudang. Secara rinci pengendalian tersebut
meliputi hal-hal berikut:
·
Pengendalian Bahan Baku
Prngendalian
bahan baku bertujuan untuk memastikan bahwa bahan baku yang diolah dalam proses
produksi telah sesuai dengan kebutuhan standar kualitas produk yang dihasilkan
perusahaan. Pengendalian bahan baku mencakup keseluruhan aktivitas yang
berhubungan dengan bahan baku mulai dari pembelian, jadwal penerimaan,
penanganan pada saat diterima, penyimpanan sampai dengan bahan baku tersebut
digunakan (diolah) dalam proses produksi.
·
Pengendalian Peralatan dan Fasilitas
Produksi
Pengendalian
peralatan dan fasilitas produksi bertujuan untuk mematikan bahwa semua
peralatan dan fasilitas produksi ada dalam keadaan siap untuk melaksanakan
proses produksi sesuai dengan ketentuan penggunaannya.desain dan penempatan
peratan yang tepat menjadi faktor utama berjalannya proses produksi secara
efektif dan efisien mampu menghasilkan produk tepat sesuai dengan yang telah
dijadwalkan.
·
Pengendalian Transformasi
Fungsi
transformasi mengolah input menjadi output sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Pengendalian transformasi memegang peranan penting untuk memastikan
bahwa proses pengolahanini bejalan sesuai dengan kebutuhan proses yang efektif
dan efisien. Pada pengendalian ini tugas seorang (tim) pengendali kualitas (quality control) sangat penting untuk
memastikan bahwa proses yang berjalan menghasilkan produk yang tepat
(kuantitas, kualitas, dan waktu) dengan pengorbanan yang minimum. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pengendalian ini mencakup pengesahan proses produksi
dan pengendalian perubahan atas permintaan, inspeksi sampel dalam proses dan
pengendalian laboratorium dari pemprosesan ulang.
·
Pengendalian kualitas
Pengendalian
kualitas tidak cukup dipahami sebagai pengendalian proses produksi, yang hanya
membebankan tanggung jawab kualitas produk kepada unit kendali kualitas. Sistem
biaya kualitas dapat memberikan informasi kepada perusahaan tentang berbagai
aktivitas yang terlibat dalam menghasilkan produk sesuai dengan standar
kualitas yang telah ditetapkan perusahaan.
·
Pengendalian Barang Jadi
Merupakan
pengendalian yang dilakukan terhadap pengelolaan barang setelah selesai
diproduksi. Pengendalian ini bertujuan untuk memastikan bahwa penanganan barang
setelah produksi berjalan sesuai dengan prosedur, sehingga tidak terjadi
kerusakan barang dalam proses, penyimpanan, atau pendistribusiannya. Untuk
memastikan bahwa barang dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan pelanggan
pada saat diserahkan, pengendalian ini melakukannya melalui tahapan : (1)
verifikasi penanganan, penyimpanan dan inspeksi, (2) pengujian dan distribusi.
0 komentar:
Post a Comment